Dalam hangatnya buayan sang kopi di pagi sutra
aku terhanyut dalam indahnya hidup dengan peri manisku yang Tuhan dendangkan demi senyum ku yang hampir punah
yang termanis kini senyummu bukan lagi gulali dari ibuku
yang terindah kini tatapanmu bukan bintang malam yang berkilauan
yang terhangat kini pelukanmu bukan lagi sinar matahari yang menyapaku tiap pagi
yang tak terlupakan kini kecupanmu bukan lagi kumpulan sajak yang dibacakan ayahku dulu
yang paling bahagia kini nanti sampai mati adalah aku yang telah mengenal kamu
Rabu, 27 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar